Soeharto, presiden kedua Republik Indonesia, memegang kekuasaan selama lebih dari tiga dekade (1967–1998). Selama masa pemerintahannya, ia memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan di Indonesia, termasuk sistem pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu sektor yang mendapat perhatian besar dalam kebijakan pemerintahan Orde Baru. Berikut adalah pengaruh utama Soeharto terhadap sistem pendidikan Indonesia.
1. Pendidikan sebagai Alat Pembangunan Nasional
Pada awal pemerintahannya, Soeharto melihat pendidikan sebagai instrumen penting untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Dalam pandangannya, untuk mencapai kemajuan ekonomi yang pesat, Indonesia membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik. Oleh karena itu, Soeharto mendorong perluasan akses pendidikan dengan harapan dapat mencetak generasi yang siap menghadapi tuntutan pembangunan.
2. Pembangunan Infrastruktur Pendidikan
Soeharto memfokuskan perhatian pada pembangunan infrastruktur pendidikan. Sekolah-sekolah baru dibangun di berbagai daerah, terutama di daerah pedesaan, guna memperluas akses pendidikan dasar. Program seperti Wajib Belajar 9 tahun yang diluncurkan pada 1984 bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah dan mengurangi angka putus sekolah. Hal ini menunjukkan upaya serius pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.
3. Sentralisasi Pendidikan
Pada era Orde Baru, pendidikan di Indonesia cenderung terpusat pada pemerintahan pusat. Soeharto menguatkan kontrol negara atas kurikulum dan kebijakan pendidikan melalui departemen pendidikan. Kebijakan ini menyebabkan terbatasnya ruang untuk keberagaman dalam sistem pendidikan, dengan segala keputusan terkait kurikulum, buku teks, dan program pendidikan lainnya berada di tangan pemerintah pusat.
Kurikulum yang diterapkan pada masa itu juga sangat sentralistik dan mengutamakan pendidikan berbasis Pancasila, sebagai ideologi negara. Pendidikan kewarganegaraan dan moral Pancasila dijadikan landasan utama dalam pengajaran di semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
4. Pendidikan dan Militerisme
Soeharto menjadikan militer sebagai kekuatan yang dominan dalam struktur pemerintahan, dan hal ini tercermin dalam kebijakan pendidikan selama masa pemerintahannya. Banyak pejabat militer yang ditempatkan dalam posisi penting di bidang pendidikan, baik di lembaga pendidikan tinggi maupun dalam struktur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, pendidikan militer juga diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah, dengan pengajaran tentang disiplin dan nasionalisme yang mengutamakan loyalitas kepada negara dan pemimpin.
5. Pendidikan untuk Memperkuat Orde Baru
Selama masa Orde Baru, pendidikan juga dimanfaatkan untuk memperkuat ideologi negara dan stabilitas politik. Kurikulum pendidikan diatur sedemikian rupa untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kesatuan, dan loyalitas kepada pemerintah. Soeharto berusaha menciptakan generasi yang tidak hanya terampil secara akademis tetapi juga patuh pada aturan dan hierarki yang ada.
Namun, kebijakan ini juga mengandung sisi negatif, yaitu terbatasnya kebebasan akademik. Banyak kritik terhadap pendekatan ini, di mana ruang bagi pemikiran kritis, kreativitas, dan keberagaman ideologi menjadi terhambat. Banyak perguruan tinggi yang terpengaruh oleh politik Orde Baru, di mana mahasiswa yang menyuarakan oposisi terhadap pemerintah sering kali dianggap sebagai ancaman.
6. Kesenjangan Pendidikan antara Kota dan Desa
Walaupun Soeharto berupaya untuk memperluas akses pendidikan, kesenjangan antara pendidikan di kota dan di desa masih tetap ada. Pembangunan pendidikan lebih terkonsentrasi di wilayah perkotaan, sementara daerah terpencil sering kali kesulitan mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai. Meskipun ada program pemerintah untuk memperbaiki hal ini, seperti penyaluran dana pendidikan untuk daerah terpencil, kesenjangan tersebut tetap menjadi tantangan besar yang belum sepenuhnya teratasi.
7. Dampak Positif dan Negatif
Secara keseluruhan, masa pemerintahan Soeharto membawa dampak yang kompleks bagi sistem pendidikan Indonesia. Di satu sisi, banyak kemajuan yang dicapai, seperti meningkatnya angka partisipasi sekolah, terutama di tingkat dasar, dan pembenahan infrastruktur pendidikan yang cukup signifikan. Program Wajib Belajar 9 tahun menjadi bukti nyata upaya pemerintahan Orde Baru untuk memberikan pendidikan dasar bagi setiap anak Indonesia.
Namun, di sisi lain, sistem pendidikan yang terpusat, adanya pembatasan kebebasan akademik, serta kesenjangan antara kota dan desa, menjadi catatan penting. Pendidikan pada masa Orde Baru lebih banyak berfokus pada pembentukan warga negara yang patuh dan taat pada sistem yang ada, bukan pada pembentukan individu yang kreatif dan kritis.
8. Kesimpulan
Pendidikan di masa pemerintahan Soeharto memiliki pengaruh besar dalam membentuk wajah sistem pendidikan Indonesia hingga hari ini. Walaupun banyak hal yang sudah diperbaiki, seperti infrastruktur pendidikan dan akses bagi masyarakat, ada juga dampak jangka panjang dari kebijakan yang bersifat sentralistik dan politisasi pendidikan. Pengaruh Soeharto terhadap pendidikan Indonesia dapat dilihat sebagai campuran antara upaya untuk membangun bangsa dan pembatasan kreativitas dalam dunia pendidikan.
Baca Juga Artikel Berikut Di : Akarma.Vip